PROPOSAL SKRIPSI
MOTIVASI MASYARAKAT MENGIKUTI
KEGIATAN DAKWAH DI MASJID TARBIYAH KECAMATAN PANUMBANGAN CIAMIS
Diajukan Kepada
Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Sosial
Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam
Oleh
Bambang
Fathurakim
1144020036
KPI
VI A
A.
Latar
Belakang Masalah
Pengajian
merupakan salah satu wadah pembentuk jiwa dan kepribadian yang agamis yang
berfungsi sebagai stabilisator dalam seluruh gerak aktivitas kehidupan umat
Islam, maka sudah selayaknya kegiatan-kegiatan yang bernuansa Islami mendapat
perhatian dan dukungan dari masyarakat, sehingga tercipta insan-insan yang
memiliki keseimbangan antara potensi intelektual dan mental spiritual dalam
upaya menghadapi perubahan zaman yang semakin mengglobal dan maju.
Adanya
pengajian di tengah-tengah masyarakat bertujuan untuk menambah ilmu dan
keyakinan agama yang akan mendorong pengalaman ajaran agama, sebagai ajang
silaturahmi anggota masyarakat, dan untuk meningkatkan kesadaran dan
kesejahteraan rumah tangga dan lingkungan jamaahnya pengajian juga berguna
untuk membina dan mengembangkan kehidupan beragama dalam rangka membentuk
masyarakat yang bertakwa kepada Allah SWT, menjadi taman rohani, ajang
silaturrahim antara sesama muslim, dan menyampaikan gagasan-gagasan yang
bermanfaat bagi pembangunan umat dan bangsa.
Selain sebagai Institusi Pendidikan Islam
non-formal, pengajian juga merupakan lembaga dakwah yang memiliki peran
strategis dan penting dalam pengembangan kehidupan beragama bagi masyarakat.
Pengajian sebagai Institusi Pendidikan Islam yang berbasis masyarakat memiliki
peran yang strategis terutama terletak pada upayanya mewujudkan learning
society, suatu masyarakat yang memiliki tradisi belajar tanpa di batasi oleh
usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan dapat menjadi wahana belajar,
serta menyampaikan pesan-pesan keagamaan, wadah mengembangkan silaturahmi dan
berbagai kegiatan kegamaan lainnya, bagi semua lapisan masyarakat.
Islam
sebagai agama yang menjadi pedoman hidup bagi manusia mencakup seluruh
kehidupan manusia. Di samping sebagai pedoman hidup, Islam menurut para
pemeluknya juga sebagai ajaran yang harus di da’wahkan dan memberikan pemahaman
berbagai ajaran yang terkandung di dalamnya. Sarana yang dapat dilakukan dalam
mentransformasikan nilai-nilai agama tersebut antara lain melalui pengajian
yang berfungsi memberikan pemahaman tentang nilai-nilai ajaran tersebut. Hal
ini dilakukan sebagaimana firman Allah dalam Surat An-Nahl ayat 125.
ادْعُ
Ø¥ِÙ„َÙ‰ٰ سَبِيلِ رَبِّÙƒَ بِالْØِÙƒْÙ…َØ©ِ ÙˆَالْÙ…َÙˆْعِظَØ©ِ الْØَسَÙ†َØ©ِ ۖ ÙˆَجَادِÙ„ْÙ‡ُÙ…ْ
بِالَّتِÙŠ Ù‡ِÙŠَ Ø£َØْسَÙ†ُ ۚ Ø¥ِÙ†َّ رَبَّÙƒَ Ù‡ُÙˆَ Ø£َعْÙ„َÙ…ُ بِÙ…َÙ†ْ ضَÙ„َّ عَÙ†ْ سَبِيلِÙ‡ِ
ۖ ÙˆَÙ‡ُÙˆَ Ø£َعْÙ„َÙ…ُ بِالْÙ…ُÙ‡ْتَدِينَ
Artinya:
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah [845] dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah
yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah
yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Di
dalam Al-Quran diterangkan, sekalipun Islam menekankan tanggung jawab
perseorangan dan pribadi bagi manusia dan menganggapnya sebagai asas, ia
tidaklah mengabaikan tanggung jawab sosial yang menjadikan masyarakat sebagai
masyarakat yang solidaritas, berpadu dan bekerja sama membina dan
mempertahankan kebaikan.
Menurut
Hasan bin Al-Hiujazi, masyarakat memiliki peranan yang besar dalam membina
individu. Setiap individu akan terpola dalam masyarakat dan terpengaruh oleh
apa yang ada didalamnya baik berupa pemikiran maupun tingkah laku.
Adanya
pengajian yang semakin maraknya saat ini, tentu saja memiliki dampak positif
bagi kehidupan masyarakat baik dalam kehidupan jamaahnya maupun masyarakat umum
dalam tingkah laku sehari-hari. Ajaran Islam yang terus berjalan secara
tradisional seperti pengajian rutin yang dilaksanakan setiap hari minggu di
Mesjid Tarbiyah merupakan suatu tindakan yang positif, ini merupakan sebuah
wadah untuk membentuk akhlak dan meningkatkan ketauhidan seseorang yang selama
ini bisa dikatakan sudah mengalami
kemerosotan moral. Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan mengapa pengajian
setiap hari minggu di Mesjid Tarbiyah patut dijadikan sebagai landasan dasar
untuk dibahas dalam skiripsi ini. Pertama, pengajian setiap hari minggu ini
sudah berjalan tujuh tahun namun jamaah
tidak pernah berkurang. Menurut hasil wawancara dengan bapak Asep Didin (pendiri
Mesjid Tarbiyah) pada tahun 2014 hingga sekarang amaah pengajian dimesjid Tarbiyah
± 90 orang, yang pada awalnya hanya berkisar 30 sampai 50 orang. Secara tidak langsung pengajian rutin ini
memiliki nilai ketertarikan tersendiri. Selain itu jamaah pengajian Tarbiyah di nilai semangat dalam mengikuti pengajian
dilihat dari ke aktipan mereka dalam bertanyak
tentang materi yang disampaikan
da’i nya.
Pengajian
ini juga menjadi tolak ukur kebutuhan masyarakat di sekitar mesjid Tarbiyah.
Pelaksanaannya masih sederhana seperti di daerah lain, lebih jelasnya pengajian
itu di awali dengan pembacaan kitab suci Al-Quran secara tartil, ceramah agama,
tanyak jawab, kemudian di tutup dengan
do’a bersama yang dipandu oleh pembawa acara.
Kedua,
jamaah pengajian ini sebagian besar bukan penduduk asli Panumbangan melainkan
pendatang dari desa lain seperti galuh dll. Padahal kalau ditinjau di lapangan hususnya
di kota Ciamis banyak pengajian-pengajian rutin yang berbasis Islam, seperti
pengajian di Mesjid Raya lama kota ciamis yang diadakan setiap hari minggu
pagi, pegajian wirid yasin ibu-ibu, bahkan di kampung-kampung banyak pengajian
rutin tentang keagamaan.
Ketiga, pengajian ini berjalan dengan sukses ditengah
keberadaan masyarakat yang diketahui secara umum memiliki kesibukan yang
konplek seperti pedagang, buruh, petani dll.
Dari
fenomena di atas menurut hemat penulis, ada sesuatu yang menarik untuk diteliti
lebih lanjut. Banyaknya jama’ah yang mengikuti pengajian di Mesjid Tarbiyah
terbukti mengindikasikan tentang adanya sebuah dorongan atau motiv tertentu
dalam diri masyarakat sehingga banyak orang mengikuti kegiatan pengajian dan
aktif menjadi jamaah dalam rangka belajar ilmu agama, atas dasar inilah penulis
tertarik untuk mengangkat masalah tersebut dengan judul “Motivasi Masyarakat
Mengikuti Kegiatan Dakwah di Mesjidn tarbiyah Kecamatan Panumbangan”.
B. Batasan
Istilah
Guna
menghindari kesalahpahaman dan keraguan terhadap istilah-istilah yang terdapat
dalam skripsi ini, maka penulis merasa perlu memberikan penjelasan-penjelasan
istilah sebagai berikut:
1. Motivasi
adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang untuk melakukan suatu tindakan
dengan tujuan tertentu. Motivasi yang
dimaksud disini adalah dorongan masyarakat Kecamatan Panumbangan mengikuti
pengajian rutin yang dilaksanakan di mesjid Tarbiyah.
2. Masyarakat
Menurut mayo dalam kutipan Aisyah Nur mendefenisikan masyarakat dapat di
artikan dalam dua konsep, yaitu
masyarakat sebagai tempat bersama dan masyarakat sebagai kepentingan
bersama berdasarkan kebudayaan dan identitas.
Dengan demikian berdasarkan pengertian diatas bahwa dalam penelitian ini
yang dimaksud masyarakat adalah warga yang tinggal/berada di kecamatan
panumbangan yang ikut serta dalam mengikuti pengajian rutin yang dilaksanakan
di Mesjid Tarbiyah Kecamatan Panumbangan Ciamis.
3. Kegiatan
dakwah ialah segala kegiatan yang berbasis Islam baik ia dilaksanakan secara
individual atau kelompok. Kegiatan
dakwah yang dimaksud disini adalah khusus pengajian, sedangkan pengajian dalam
penelitian ini pengajian rutin yang dilakasanakan di Mesjid Tarbiyah Sabungan
Jae setiap hari Minggu.
4. Mesjid
adalah tempat beribadah umat Islam, namun masjid bukan hanya tempat untuk
shalat saja, dapat juga dipergunakan untuk kepentingan sosial, misalnya tempat
belajar. Jadi dalam penelitian ini
adalah mesjid sebagai tempat ibadah ummat Islam dan melakukan kegiatan dakwah
lainnya seperti pengajian yaitu di Mesjid Tarbiyah Kecamatan Panumbangan Ciamis.
C. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas, maka permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini
adalah apa motivasi masyarakat mengikuti kegiatan dakwah di Mesjid Tarbiyah Kecamatan
Panumbangan Ciamis yang dilaksanakan setiap hari minggu.
D. Tujuan
Penelitian
Mengetahui
apa motivasi masyarakat mengikuti kegiatan dakwah di mesjid Tarbiyah Kecamatan Panumbangan Ciamis
yang dilaksanakan setiap hari minggu.
E. Kegunaan
Penelitian
Berdasarkan
tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat berguna
sebagai:
1. Bahan
pertimbangan bagi da’i khususnya dan umumnya seluruh para da’i di kecamatan
panumbangan dalam meberikan pembinaan sehubungan dengan pemberian motivasi terhadap Mad’u/jamaah
pengajian.
2. Bahan
masukan bagi da’i di Mesjid Tarbiyah, dalam upaya memberikan motivasi terhadap
seluruh jamaahnya di pengajian Tarbiyah.
3. Langkah
awal bagi penulis dalam melaksanakan penelitian, dalam rangka melatih dan
menganalisa pembahasan penelitian ini.
4. Bahan
pertimbangan bagi kalangan yang ingin melakukan penelitian pada permasalah yang
berkenaan dengan penelitian ini.
a. Tinjauan
Pustaka
1) Kajian
Terdahulu
Studi pendahuluan juga dapat membantu
peneliti untuk menentukan cara pengolahan dan analisis data yang sesuai
digunakan, yaitu berdasarkan perbandingan terhadap apa yang telah dilakukan
para peneliti sebelumnya. Adapun penelitian terdahulu yang sudah pernah dilakukan
diantaranya adalah:
Endang Sih Handayani, “Motivasi Ibu-Ibu
Mengikuti Pengajian Muslimat NU di Troso Kecamatan Karanganon Kabupaten Klaten”, penelitian ini berbentuk
Skripsi yang dibuat pada tahun 2009. Hasil penelitian ini menemukan bahwa
Motivasi ibu-ibu mengikuti pengajian
muslimat NU di desa Troso Kecamatan Karanganon Kabupaten Klaten secara garis besar dapat
dibedakan menjadi dua kategori, yakni mengikuti pengajian dengan motivasi
sosiogenesis dan mengikuti pengajian dengan motivasi theogenesis baik dengan
motivasi tunggal maupun dengan motivasi ganda.
Ahmad Indrajet, “Motivasi Masyarakat
Dalam Mengikuti Pengajian Di Majelis Ta’lim Pondok Pesantren Metal Rejoso”,
penelitian ini berbentuk Skripsi yang dibuat pada tahun 2009. Hasil penelitian
ini menemukan bahwa motivasi masyarakat dalam mengikuti pengajian di majelis
ta’lim
Pondok Pesantren Metal Rejoso Pasuruan
adalah adanya ketergantungan terhadap kyai atau bisa dikatakan sebagai da’i
seperti kiyai Bakar. Kyai Bakar merupakan salah satu faktor pendorong
masyarakat termotivasi mengikuti pengajian ini. Sosok kiyai Bakar dengan
keluasan dan pengetahuan ilmu agama yang mempunyai, kesahajaan, kesederhanaan,
dan kerendahan hati serta kebijaksanaan dalam pilihan kata dalam setiap
pelajaran agamanya merupakan hal yang menjadi pertimbangan masyarakat mengikuti
pengajian ini.
Dalam penelitian ini, peneiti melihat
objek kajian yang beda dengan kajian terdahulu, kajian pertama membahas tentang
tingkatan motivasi bagi masyarakat dalam mengikuti pengajian, sedangkan dalam
penelitian ini lebih mempokuskan tentang alasan termotivasinya masyarakat
kecamatan panumbangan mengikuti pengajian tersebut.
Kedua, penelitian terdahulu lebih memfokuskan
pada permasalahan dan kelebihan seorang dai, sedangkan dalam penelitian ini
lebih fokus untuk jamaah pengajian di
Mesjid Tarbiyah Sabungan Jae.
1. Landasan
Teori
a. Pengertian
Motivasi
Motivasi
berasal dari bahasa Latin, movere yang berarti bergerak atau bahasa Inggrisnya
to move. Motiv diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri organisme
yang mendorong untuk berbuat (driving force).
Jadi
motivasi adalah keadaan dalam diri individu atau organisme yang mendorong
perilaku kearah tujuan. Sedang menurut Plotnik, motivasi mengacu pada berbagai
faktor fisiologi dan psikologi yang menyebabkan seseorang melakukan aktivitas
dengan cara yang spesifik pada waktu tertentu.
Motivasi
dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) penggerak seseorang yang dapat
menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu
kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi
intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik).
b. Kebutuhan
dan Teori Tentang Motivasi
Apa
dorongan seseorang melakukan suatu aktivitas? Pertanyaan ini cukup mendasar
untuk mengkaji soal teori tentang motivasi. Dari pertanyaan itu kemudian
memunculkan pertanyaan adanya “Biogenic Theories” dan “Sociogenic Theories”.
“Biogenic Theories” yang menyangkut proses biologis, seperti insting dan
kebutuhan-kebutuha biologis. Sedangkan yang “Biogenic Theories” lebih
menekankan adanya pengaruh kebudayaan/kehidupan masyarakat. Arti kedua
pandangan itu dalam perkembangannya akan menyangkut persoalan-persoalan
insting, fisikologis, dan pola-pola kebudayaan.
Menurut
Morgan manusia hidup dengan berbagai kebutuhan, yaitu:
1) Kebutuhan
untuk berbuat sesuatu untuk sesuatu aktivitas
Hal
ini sangat penting bagi seseorang, karena perbuatan sendiri itu mengandung
suatu kegembiraan baginya. Hal ini dapat dihubungkan denga suatu kegiatan
belajar bahwa pekerjaan atau belajar itu akan berhasil kalau disertai dengan
rasa gembira.
2) Kebutuhan
untuk menyenangkan orang lain
Banyak
orang yang dalam kehidupannya memiliki motivasi untuk banyak berbuat sesuatu
demi untuk orang lain. Harga diri seseorang dapat di nilai dari berhasil
tidaknya usaha memberikan kesenangan pada orang lain. Hal ini sudah barang
tentu merupakan kepuasan dan kebahagiaan
tersendiri bagi orang yang melakukan kegiatan tersebut.
3) Kebutuhan untuk mencapai hasil
Sesuatu
pekerjaan atau kegiatan belajar itu akan berhasil baik kalau disertai dengan
pujian. Aspek pujian ini merupakan dorongan bagi seseorang untuk bekerja dan
belajar dengan giat. Apabila hasil pekrjaan atau belajar itu tidak di hiraukan
orang lain, guru, atau orang tua misalnya, boleh jadi kegiatan seseorang akan
berkurang, dalam kegiatan belajar mengajar perlu di kembangkan unsur
reinforcement.
4) Kebutuhan untuk mengatasi kesulitan
Suatu
kesulitan atau hambatan mungkin cacat, mungkin menimbulkan rasa rendah diri,
tapi hal ini menjadi dorongan untuk mencari konpensasi dengan usaha yang tekun
dan luar biasa, sehingga tercapai keunggulan/kelebihan dalam bidang tertentu.
Sikap seseorang dalam kesulitan atau hambatan ini sebenarnya banyak tergantung
pada keadaan dan sikap lingkungan. Sehubungan dengan ini maka peranan motivasi
sangat penting dalam upaya menciptakan kondisi-kondisi tertentu yang lebih
kondusif bagi mereka untuk berusaha agar memperoleh keunggulan.
Relevan
dengan soal kebutuhan itu maka timbullah teori tentang motivasi. Teori tentang
motivasi ini lahir dan awal pekembangannya ada di kalangan para pisikolog. Ada beberapa
macam teori tentang motivasi, yaitu:
1. Teori
Insentif, yaitu teori yang mengatakan bahwa seseorang akan bergerak atau
mengambil tindakan karena ada insentif yang akan dia dapatkan, misalnya, Anda
mau bekerja dari pada sampai sore karena anda tahu bahwa Anda akan mendapatkan
intensif berupa gaji. Jika anda tahu akan mendapatkan penghargaan, maka Anda
pun akan bekerja lebih giat lagi.
2. Dorongan
Bilogis, dalam hal ini yang dimaksud bukan hanya masalah seksual saja. Termasuk
di dalamnya dorongan makan dan minum. Saat ada sebuah pemicu atau rangsangan,
tubuh kita akan bereaksi, sebagai contoh: saat kita sedang haus, kita akan
lebih haus lagi saat melihat segelas sirup dingin kesukaan Anda. Bisa dikatakan
ini adalah dorongan fitrah atau bawaan kita sejak lahir untuk mempertahankan
hidup dan keberlangsungan hidup.
3. Teori
Hirarki Kebutuhan, Teori ini dikenalkan oleh Maslow sehingga kita mengenal
Hirarki Kebutuhan Maslow. Teori ini menyajikan alasan lebih lengkap dan
bertingkat. Mulai dari kebutuhan fiskiologis, kebutuhan akan kemanan, kebutuhan
akan pengakuan sosial, kebutuhan penghargaan, sampai kebutuhan akan aktualisasi
diri.
4. Takut
kehilangan kepuasan, Teori ini mengatakan bahwa pada dasarnya ada dua faktor
yang memotivasi manusia, yaitu takut kehilangan dan demi kepuasan (terpenuhinya
kebutuhan). Takut kehilangan adalah adalah ketakutan akan kehilangan yang sudah
dimiliki. Misalnya seseorang yang termotivasi berangkat kerja karena takut
kehilangan gaji, ada juga orang yang giat bekerja demi menjawab sebuah tantangan,
dan ini termasuk faktor kepuasan.
5. Kejelasan
tujuan, teori ini mengatakan bahwa kita akan bergerak jika kita memiliki tujuan
yang jelas dan pasti. Dari teori ini muncul bahwa seseorang akan memiliki
motivasi yang tinggi jika dia memiliki tujuan yang jelas. Sehingga muncullah
apa yang disebut dengan Goal Setting (penetapan tujuan).
c. Motivasi
Dalam Al-Qur’an
Ketika
manusia melakukan perbuatan sadar atau tidak, sebenarnya ia di gerakkan oleh
suatu sistem dalam dirinya yang disebut dengan nafs. Sistem nafs disamping
mampu memahami dan merasa, juga
mendorong manusia untuk melakukan sesuatu yang dibutuhkan. Jika penggerak
tingkah laku atau motiv telah mulai bekerja scara kuat pada seseorang maka ia
mendominasi seseorang dan mendorognya untuk melakukan suatu perbuatan.
Dalam
sistem nafs, motiv bersifat fitri, dalam arti bahwa manusia memiliki
kecendurungan dan potensi yang berlaku secara universal. Isyarat tentang adanya
penggerak tingkah laku manusia (motiv) dipaparkan al-quran dalam surat Yusuf
ayat 54:
• • •
•
Artinya:
Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena Sesungguhnya nafsu
itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh
Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang. (QS, Yusuf,
12:53).
Ayat
diatas secara jelas mengisyaratkan adanya sesuatu didalam sistem nafs yang
menggerakkan tingkah laku manusia yang mengajak pada kejahatan.
d. Pengertian
Masyarakat
Dalam
bahasa Inggiris masyarakat adalah society yang berasal dari bahasa socius artinya
kawan, sedangkan kata masyarakat berasal dari bahasa Arab yaitu Syirk artinya
bergaul. Adanya saling bergaul ini tentunya ada bentuk-bentuk aturan hidup yang
bukan disebabkan oleh manusia seseorang melainkan oleh unsur-unsur kekuatan
lain dalam lingkungan sosial yang merupakan kesatuan.
Dengan
demikian berarti dapat di kemukakan bahwa masyarakat adalah kesatuan hidup
manusia yang berintraksi menurut suatu sistem, adat-istiadad tertentu yang
bersifat kontinu dan terikat oleh rasa identitas bersama.
Ralph
Linton menyatakan bahwa masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah
hidup dan bekerja sama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri merka
dengan menganggap diri mereka sebagai kesatuan sosial dengan batas yang
dirumuskan dengan jelas (dalam Soerjono 1977).
e. Tipologi
Masyarakat
Masyarakat
sebagai penerima dakwah sasaran dakwah atau kepada siapa dakwah akan di
tujukan, merupakan kumpulan individu dimana benih materi dakwah akan di atur.
Oleh sebab itu maka masalah masyarakat ini hendaknya dipelajari dengan
sebaik-baiknya, untuk ini seorang da’i hendaknya melengkapi dirinya dengan ilmu
jiwa, lmu masyarakat, ilmu politik, sejarah, antropologi, dan hal lainya yang
berkaitan dengan masyarakat dalam mengetahui keadaan masyarakat perlu dilakukan
klasifikasi.
Tinjauan
masyarakat dari sudut pandang tipologi ini dapat ditarik dari aspek adanya
krakteristik suatu masyarakat. Berangkat pemahaman di atas, terdapat beberapa
tipe masyarakat yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Tipe
innovator
Masyarakat
yang memiliki ciri innovator adalah masyarakat yang memiliki kemauan keras pada
setiap fenomena sosial yang sifatya membangun . anggota masyarakat yang
bersifat inovator pada hakekatnya sangat agresif dan tergolong memiliki
kemampuan antisifasif dalam setiap langkah.
2) Tipe
pelopor
Masyarakat
tipe pelopor dalam menerima pembaharuan bersikap selektif, karena pertimbangan
bahwa tidak semua pembaharuan dapat membawa perubahan yang positif, mungkin
saja negatif. Atas dasar pandangan di atas masyarakat sangat hati-hati dan
melangkah dengan jalan terlebih dahulu mempelajari ide/gagasan pembaharuan itu
setiap langkahnya senantiasa berorentasi kedalam masyarakatnya.
3) Tipe pengikut dini
Tipe
masyarakat pengikut dini umumnya merupkan masyarakat yang masih sederhana.
Kelompok ini umumnya kurang siap dalam mengambil resiko dan umumnya lemah
mental.
4) Tipe pengikut akhir
Masyarakat
pengikut akhir memiliki sifat sangat berhati-hati, yang membawa dampak anggota
masyarakatnya terlebih dahulu bersikap skeptis terhadap sikap pembaharuan yang
masuk pada masyarakat itu. Karena faktor ke hati-hatian mereka maka setiap
gerakan pembaharuan memerlukan waktu dan pendekatan yang sesuai dengannya untuk
mempengaruhi masyarakat tersebut.
5) Tipe kolot
Ciri
utama dari masyarakat kolot adalah tidak mau menerima pembaharuan sebelum
mereka benar-benar mendesak oleh lingkungannya, masayarakat ini masih tertumpu
pada tradisionalisme yang statis. Kebanyakan mereka menolak informasi-infornasi
yang telah berkembang.
f. Masalah Dakwah di Masyarakat Kota dan
Masyarakat Desa.
Ada
beberapa masalah yang perlu kita jawab sehubungan dengan dakwah Islam di desa
dan dikota, masalah tersebut diantaranya adalah:
1) Seiramakah
dakwah di masyarakat perkotaan dan pedesaan?
2) Adakah
perbedaan pokok dakwah di kota dan
pedesaan?
Kecendurngan
masyarakat kota, terutama pada lafisan atasnya adalah seperti penuh dengan
kesibukan, hidup nafsi-nafsi, terlalu sabar akan martabat harga diri, mempunyai
gaya hidup yang terus makin tingggi dalam memenuhi kesenangan, tetapi juga
terhadap kehidupan rohani yang dapat memberikan perasaan tenteram dan damai
setelah keperluan serba ada dan kesenangan duniawi dipenuhi. Sedangkan di
masyarakat pedesaan yang menjadi masalah penting dalam dakwah ialah adanya
lapisan-lapisan atas dan bawah dalam arti sosial, ukuran kaya dan miskin, maju
dan terbelakang dalam ukuran pendidikan formal dll. Maka metode pendidikan yang dapat dilakukan adalah
melalui tablig, atau ceramah agama, dilakukan pula pendekatan yang bersifat
sosial, ekonomi, dalam arti meningkatkan tarap hidup mereka jadi ada usaha yang
bersifat mengurangi beban hidup mereka, untuk kemudian dibina kearah kehidupan
sejahtera menjadi jembatan untuk kehidupan beragama yang sesungguhnya.
f. Pengertian
Pengajian
Pengajian
berasal dari kata kaji yang artinya pelajaran agama penyelidikan (tentang sesuatu). Pengajian
Mendapat awalan peng- dan akhiran-an menjadi pengajian yang berarti
kegiatan untuk melakukan pengajaran (agama Islam), menanamkan norma agama
melalui dakwah pembacaan Al-Quran. Pengertian secara terminologis adalah
penyelenggaraan atau kegiatan belajar agama Islam yang berlangsung dalam
kehidupan masyarakat yang dibimbing atau diberikan oleh seorang guru ngaji
(da’i) terhadap beberapa orang.
g. Bimbingan
Dalam Pelaksanaan Dakwah/Pengajian
Peraturan
perundang -undangan yang mengatur tentang bimbingan dakwah penyiaran agama ada tiga peraturan
berdasarkan instruksi mentri agama nomor 3 tahun 1962, yang meliputi:
1) Dakwah/khutbah/ceramah
agama agar benar-benar dilaksanakan sesuai dengan hakeket dakwah agama.
2) Agama
dilaksanakan dalam rangka membantu usaha mewujudkan pembinaan ummat yang taat
pada ajaran agama dan pancasila.
3) Agama
dalam hubungannya dengan masalah politik berpedoman kepada prinsipnya bahwa
pengkajian pemikiran politik secara ilmiah bersifat perbandingan dengan ajaran
agama masing-masing, tidak melontarkan kata-kata yang dapat menyinggung
perasaan pihak lain.
Sedangkan
menurut kajian Islam bimbingan dalam pelaksanaan dakwah atau pengajian telah di
atur dalam Al-Quran yaitu, sebagai berikut:
1) Dakwah
harus dengan bijaksana, memberi nasehat dan berdiskusi yang baik (An-Nahl:
125).
2) Tidak
mencaci sembahan orang lain (Al-An a’m: 08).
3) Tabah
atas perkataan-perkataan orang lain dan hijrah kalau diperlukan (Al-Muzzamal:
10).
4) Tidak
boleh kasar, berikan maaf, mintakan ampun pada Allah musyawarahkan dengan
mereka, tawakkal kepada Allah (Al-Imran: 159).
5) Berikan
nasehat dengan Al-Quran (Qof: 45).
6) Merendahkan
diri pada pengikut kebenaran/yang beriman (Asy-Syuara: 215).
7) Tidak
memaksakan dengan kekerasan (Qaf: 45).
h. Unsur-Unsur
Pengajian
Pada
pelaksanaan dakwah perlu diperhatikan unsur-unsur yang terkandung didalamnya,
sama halnya dengan kegiatan pengajian unsur-unsur pengajian juga penting untuk
pelaksanaan pengajian. Unsur-unsur tersebut meliputi:
1) Da’i
(juru dakwah) da’i adalah subyek atau orang yang melaksanakan dakwah baik
secara lisan maupun tulisan ataupun perbuatan, baik secara individu maupun
kelompok, yang berbentuk organisasi atau lembaga. Semua pribadi muslim secara
otomatis berperan sebagai juru dakwah artinya orang yang harus menyampaikan
atau dikenal sebagai komunikator dakwah atau pengajian.
Menurut
Toto Tasmara dalam bukunya Komunikasi Dakwah menjelaskan semua pribadi muslim
secara otomatis berperan sebagai juru dakwah namun orang yang seharusnya
berperan lebih intensip sebagai komunikator adalah mereka yang memang mempunyai
profesi atau memang sengaja mengkonsentrasikan dirinya mengaji mutiara-mutiara
ilmu serta ajaran agama Islam untuk disampaikan kepada orang lain sehingga ilmu
dan ajaran agamanya tersebut dapat mempengaruhi sikap dan tingkah laku orang
lain.
2) Mad’u
(jamaah pengajian) yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah atau manusia
penerima dakwah baik sebagai individu maupun kelompok, beragama Islam atau
tidak, dengan kata lain manusia secara keseluruhan.
3) Materi
dakwah (maddah) adalah masalah isi pesan atau materi yang disampaikan dakwah
kepada mad’u dalam hal ini jelas bahwa yang menjadi maddah adalah ajaran Islam.
Yang dijadikan maddah dakwah itu pada garis besarnya hal-hal yang berkenaan
dengan akidah, syariah, ibadah, muamalah, dan akhlak.
4) Metode
adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sumber
yang lain dapat menyebutkan bahwa metode berarti cara yang telah diatur dan melalui proses pemikiran
untuk mencapai suatu maksud. Metode dakwah terdiri dari tiga cakupan yaitu:
a. Al-Hikmah,
Hikmah bentuk masdarnya hukman yang
artinya mencegah. Jika dikaitkan dengan hukum berarti mencegah dari kezhaliman.
b. AL-Mau’idza
Al-Hasanah. Menurut Hasanuddin Al-Mau’idza Hasanah adalah perkataan-perkataan
yang tidak tersembunyi bagi mereka, bahwa engkau memberikan nasehat dn
menghendaki nasehat dan manfaat kepada mereka dengan al-quran.
c. Almujadalah
Billati Hiya Ahsan. Dari segi istilah Mujadalah adalah upaya tukar pendapat
yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, tanpa adanya suasana yang
mengharuskan lahirnya permusuhan diantara keduanya.
i.
Pengembangan Majelis Taklim/Pengajian
Islam
Ada
beberapa upaya dalam rangka pengembangan majelis taklim atau pengajian
diperkotaan atau di pedesaan, diantaranya adalah:
1) Membina
da’i yang berkualitas dengan pendidikan yang memadai dan pengetahuan luas. Upaya
ini dilakukan untuk mendorong peningkatan pengetahuan para da’i.
2) Jadwal
tersusun dengan baik dan tertib.
3) Materi
yang disajikan tersusun dengan baik dan lengkap agar Islam diketahui secara
utuh dan benar (kaffah).
4) Mempergunakan
tegnologi komunikasi sebagai upaya melestrikan kegiatan dakwah di pengajian.
5) Perlu
adanya pembinaan da’i dan pengajian oleh departemen agama agar pertumbuhan dan
perkembangan pengajian dapat saling berkesinambungan dalam kualitas dan
kuantitas.
6) Menggalakkan
perpustakaan pada majelis taklim baik diperkotaan maupun dipedesaan agar
pengetahuan para da’i dan jamaah selalu meningkat.
7) Penataran
baigi pengelola pengajian perlu di adakan agar kualitas pengajian tersebut
dapat terjaga.
j.
Motivasi Terhadap Tingkah Laku Dalam
Proses Dakwah
Dalam
berdakwah pengetahuan adalah penting, metode dakwah juga sangat penting. Tetapi
sesungguhnya yang paling penting dan menjadi pokok persoalan segala sesuatu
adalah motivasi. Sering kita melihat seorang yang miskin dalam ilmu
pengetahuan, tidak hanya pengetahuan keagamaan tetapi juga ilmu dunia, bahkan
hampir-hampir buta huruf. Tetapi mereka memiliki satu keunggulan diatas yang
lainnya, diatas rekan-rekannya, yakni memiliki semangat motivasi yang lebih
tinggi. Hasilnya adalah bahwa mereka selalu jauh lebih berhasil di dalam
dakwahnya dibandingkan dengan rekan-rekan mereka yang kurang memiliki motivasi.
Di
dalam proses kegiatan dakwah, faktor motivasi menjadi penentu bagi
keberhasilannya. Adapun tujuan motivasi bagi seorang da’i adalah menggerakkan
atau memacu objek dakwah (mad’u) agar timbul kesadaran membawa perubahan
tingkah laku sehingga tujuan dakwah dapat tercapai. Dan seorang da’i dituntut
untuk mengarahkan tingkah laku mad’u sesuai dengan tujuan dakwah kemudian
menopang tingkah laku mad’u dengan menciptakan lingkungan yang dapat menguatkan
dorongan-dorongan tersebut. Namun, tidak semua motivasi yang telah direncanakan
tersebut berjalan mulus tanpa sandungan sedikitpun. Permasalahan seringkali
muncul yang berkaitan dengan pemberian motivasi dalam dakwah, yaitu ketika da’i
dalam mengarahkan tingkah laku mad’u tidak sesuai dengan tujuan dakwah
tersebut, seperti pribadi da’i yang mungkin kurang dapat diterima, seperti
watak yang keras, kaku, angkuh, sombong, materialistis, sifat yang tidak
terpuji dan tingkah laku yang tidak mencerminkan seorang da’i, juga dari materi
yang disampaikan kurang tepat sasaran, tidak sesuai dengan kebutuhan dan tidak
sesuai dengan kadar kemampuan, juga dari teknis penyampaian dakwah tidak sesuai
dengan keadaan yang menerima, dan dari alat yang dipergunakan tidak banyak
menunjang keberhasilan dakwah, serta dari tujuan tidak jelas dan mungkin belum
dihayati sehingga proses dakwah berjalan tanpa arah.
Dalam
teori motivasi terdapat yang disebut dengan virus mental, itu tak lain adalah
motive psikologis dalam diri manusia yang mampu mendorong untuk berusaha dengan
giat memperoleh sukses yang lebih besar, dan motive demikian inilah yang sangat
diperlukan dalam proses modernisasi masyarakat yang sedang membangun.
Bila
hal tersebut dimanfaatkan dalam proses da’wah/ penerangan agama maka jelaslah
bahwa yang harus diperbuat oleh juru da’wah/ penerang Agama adalah menjiwai
motive tersebut dengan ajaran agama sehingga bagi dirinya menjadi sesuatu
religious reference (pola dasar hidup keagamaan) yang dinamis, bukan statis.
Dalam
usaha penjiwaan tersebut instink religious (naluri agama) yang ada dalam setiap
diri manusia perlu dibangkitkan melalui berbagai metode, dengan mengingat corak
lingkungan hidup dan sosio-kulturilnya, tingkat pendidikan, tingkat usia,
peradaban, serta sosio-ekonomisnya.
Berbagai
teori tenang pengaruh motivasi terhadap perilaku manusia dapat di kemukakan
antara lain dapat dilihat pendapat Floyd L. Ruch, motivasi itu sangat konpleks
dan dapat mempengaruhi tingkah laku manusia dalam 3 cara, yaitu:
1) Motiv
dapat memungkinkan pola rangsangan dari luar diri manusia mengalahkan
rangsangan lain dan menyainginya, misalnya seorang anak yang mencium bau
gorengan yang sedap pada waktu dalam keadaan lapar tidak dapat lagi berpengaruh
oleh rangsangan lain yang bersifat visual.
2) Motiv
dapat membawa seseorang terikat dalam satu kegiatan tertentu sehingga ia dapat
menemukan objek atau stuasi khusus diluar dirinya seperti bila waktu makan
telah datang maka orang lalu menghentikan pekerjaan yang sedang ia kerjakan dan
beralih pada kegiatan mencari makanan.
3) Motiv
dapat menimbulkan kekuatan untuk melaksanakan pekerjaan yang lebih berat tidak
hanya mendorong kearah tujuan tertentu untuk memenuhi kebutuhan khusus saja,
akan tetapi kekuatan dorongan tersebut menjadi lebih umum sifatnya. Jadi suatu rangsangan yang datang dari luar
mampu menimbulkan suatu tenaga yang dapat di arahkan pada tujuan yang
terkendalikan oleh faktor yang memberikan rangsangan tersebut. Hubungan ini
dalam proses dakwah dimana juru dakwah sebagai faktor pemberi rangsangan dakwah
dapat mengarahkan respon (jawaban) sipenerima dakwah kepada tujuan dakwah yakni
timbulnya proses belajar pada sipenerima materi dakwah yang di motivasikan
kepadanya.
G. Metodologi Penelitian
1. Waktu Dan Lokasi Penelitian
Penelitian
ini bertempat di Mesjid Tarbiyah yang terletak di Sabungan Jae kec.
Padangsisimpuan hutaimbaru. Adapun alasan peneliti memilih lokasi penelitian
ini karena sepengetahuan peneliti belum ada yang meneliti tentang motivasi
masyarakat mengikuti pengajian di Mesjid Tarbiyah Kecamatan Panumbangan Ciamis.
Disamping itu juga Mesjid ini merupakan media dakwah yang mengutamakan kegiatan
keagamaan seperti pengajian rutin yang diminati berbagai masyarakat di kota
Padangsidimpuan sehingga peneliti ingin mengetahui apa motivasi masyarakat
dalam mengikuti kegiatan dakwah khususnya pengajian rutin yang dilaksanakan
setiap hari minggu. Pelaksanaan penelitian ini diupayakan terlaksana mulai
bulan Oktober 2015 sampai selesai.
2. Jenis Penelitian
Jenis
penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif, yaitu memaparkan
tentang motivasi masyarakat mengikuti pengajian di Mesjid Tarbiyah Kecamatan
Panumbangan Ciamis. Untuk itu penelitian ini menggunakan metode deskriptif.
Mohammad Nazir menjelaskan:
Metode
deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu
objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas pemikiran
pada masa sekarang. Tujuan penelitian deskriptif ini membuat gambaran atau
lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat
serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.
Berdasarkan
pendapat di atas, penelitian yang dilaksanakan tidak hanya terbatas kepada
pengumpulan data dan informasi, tetapi dilanjutkan dengan pengolahan dan
analisis data untuk mengetahui apa motivasi masyarakat dalam mengikuti kegiatan
dakwah di Mesjid Tarbiyah Sabungan Jae secara sistematis dan akurat.
3. Sumber Data
Sumber
data penelitian ini terdiri dari dua macam sumber, yaitu sumber data primer dan
sekunder. Untuk lebih jelasnya sumber
data penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Sumber data primer atau data pokok yang
dibutuhkan dalam penelitian ini adalah Da’i yang terdiri dari dua orang, jamaah pengajian yang aktif dalam mengikuti
pengajian rutin di Mesjid Tarbiyah Sabungan Jae setiap hari Mingggu berjuah 10
orang, 6 orang dari jamaah perempuan dan 4 orang dari jamaah laki-laki.
b. Sumber data sekunder adalah sumber data
pelengkap yang dibutuhkan dalam penelitian ini, yaitu pendiri Mesjid Tarbiyah 1 orang, najir Mesjid
Tarbiyah yang aktif sampai sekarang 1
orang, dan data pendukung lainnya yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
4. Teknik Pengumpulan Data
Instrumen
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Interview bebas
Metode
interview adalah suatu percakapan, tanya jawab lisan antara dua orang atau
lebih yang sudah berhadapan secara fisik dan diarahkan pada masalah tertentu.
Ada tiga pertanyaan dalam metode ini:
1) Pertanyaan berstruktur. Pertanyaan
berstruktur adalah pertanyaan yang memberi struktur pada responden dalam
menjawabnya. Pertanyaan ini dibuat sedemikian rupa sehingga responden dituntut
untuk menjawabnya sesuai dengan apa yang terkandung dalam pertanyaan.
2) Pertanyaan tidak berstruktur. Berbeda
dengan pertanyaan berstruktur, pertanyaan tak berstruktur memberikan kebebasan
kepada responden untuk menjawab semua pertanyaan, oleh karena itu jenis
pertanyaan ini disebut pula dengan pertanyaan terbuka (open question).
3) Campuran. Jenis pertanyaan ini adalah
campuran antara pertanyaan berstruktur dan tidak berstruktur. Dari ketiga model
interview di atas, penulis menggunakan jenis ketiga yaitu pertanyaan dengan
teknik campuran. Hal ini dimaksudkan untuk lebih mempermudahkan responden dalam
memberikan keterangan, dalam metode ini untuk mendapatkan data yang berkenaan
dengan tema atau masalah penelitian, digunakan wawancara mendalam.
b. Observasi atau pengamatan, yaitu “kemampuan
seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja panca indera mata
serta dibantu dengan panca indera lainnya”. Observasi yang dilaksanakan adalah
observasi langsung, yaitu “pengamatan yang dilakukan secara langsung pada objek
yang diobservasikan”. Dalam hal ini melakukan pengamatan langsung terhadap
interaksi Da’i dan jamaahnya dalam proses pelaksanaan pengajian rutin yang di
adakan di Mesjid Tarbiyah.
5. Teknik Pengolahan Dan Analisis Data
Penelitian
ini dilakukan dalam bentuk analisis induktif, yaitu “pengambilan kesimpulan
dimulai dari pernyataan fakta-fakta khusus menuju pada kesimpulan yang bersifat
umum”.
Dengan
demikian proses berpikir induktif dimulai dari teori-teori yang bersifat khusus
menuju fakta-fakta atau data yang bersifat umum berdasarkan pengamatan dari
lapangan atau pengalaman empiris. Data yang berbentuk keterangan atau pendapat
akan di analisis dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Klasifikasi data, yaitu mengelompokkan data
primer dan data sekunder dengan topik pembahasan.
b. Kelengkapan data yang telah diperoleh untuk
mencari data yang masih kurang dan
mengesampingkan data yang tidak dibutuhkan.
c. Deskripsi data, yaitu menguraikan data yang
telah terkumpul dalam rangkaian kalimat yang sistematis sesuai dengan
sistematika pembahasan.
d. Menarik kesimpulan dengan merangkum
pembahasan sebelumnya dalam beberapa poin yang ringkas dan padat.
6. Teknik Uji Keabsahan Data
Pemeriksaan
keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan teknik yang
dikemukakan oleh Lexy Moleong, yaitu:
a. Perpanjang keikutsertaan. Perpanjang
keikutsertaan peneliti akan memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data
yang dikumpulkan.
b. Ketekunan pengamatan. bermaksud menemukan
ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang relevan dengan persoalan atau isu
yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara
rinci. Dengan kata lain, jika perpanjangan keikutsertaan menyediakan lingkup,
maka ketekunan pengamatan menyediakan ke dalam.
c. Triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik
triangulasi yang sering dipakai adalah pemeriksaan melalui sumber lainnya,
artinya membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi
yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal
ini dapat dicapai dengan jalan: (1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara; (2)
Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang
dikatakannya secara rahasia; (3) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang
tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu; (4)
Membandingkan keadaan dan persfektif seseorang dengan berbagai pendapat dan
pandangan orang seperti rakyat biasa; orang yang berpendidikan menengah atau
tinggi, orang berada, orang pemerintah; (5) Membandingkan hasil wawancara
dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
H. Sistematika Pembahasan
Untuk
mempermudah pembahasan dan pemahaman, maka pokok-pokok pembahasan dalam
proposal ini disusun dan disistimatikakan sebagaimana berikut:
Bab
I, merupakan bab pendahuluan yang menerangkan latar belakang masalah, fokus
masalah, batasan istilah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan kegunaan penelitian.
Bab
II, landasan teori yang menerangkan Pangertian moivasi, Pengertian masyarakat,
Pengertian pengajian dan teori-teori dari pustaka yang berkaitan dengan hal
diatas.
Bab
III, metodologi yang di antaranya adalah: waktu dan lokasi penelitian, jenis
penelitian, jenis data, sumber data, instrumen pengumpulan data, analisa data.
Bab
IV, Pembahasan dan Analisa Data yaitu menerangkan tentang motivasi masyarakat
dalam mengikuti pengajian di mesjid Tarbiyah dan faktor apa saja yang sering
menjadi penghalang bagi jamaah pengajian tersebut dalam mengikuti pengajian
yang dimaksud.
Bab
V, merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran. Kemudian diakhir
penelitian ini disertakan daftar bacaan.
Daftar
Bacaan
Aisyah
Nur Handryant, Mesjid Sebagai Pengembangan Pusat Masuyarakat, Malang: Uin
Maliki Press, 2010.
Alawiyah,
Strategi Dakwah Dilingkungan Majelis Taklmi, Bandung: Mizan, 1997.
Anggota
Ikapi, Butir-Butir Problematika Dakwah Islamiah, Surabaya: Bina Ilmu, 1993.
Anggota
Ikapi, Butir-Butir Problematika Dakwah Islamiah, Surabaya: Bina Ilmu Offset,
1993.
Arifin,
Pisikologi Dakwah, Jakarta: Bumi Aksara, 1994.
Arwin
Siregar, Pendiri Sekaligus Pengurus
Mesjid Tarbiyah Sabungan Jae, Wawancara Tanggal: 21 Oktober 2015.
Bhari
Ghazali, Da’wah Komunikatif Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Da’wah, Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya, 1997.
Chalid
Narbuko, Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara, 1997.
Depag
Ri, Al Qur’an Dan Terjemahnya, Semarang: Toha Putra,1989.
Faizah.
Muchsin Effendi, Pisikologi Dakwah, Jakarta: Prenada Media, 2006.
Hasanuddin,
Hukum Dakwah, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996.
Hiroko
Horikasi, Kiyai Dan Perobahan Sosial, Jakarta: L3m, 1987.
Jaali,
Psikologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Khozin,
Jejak-Jejak Pendidikan Islam Di
Indonesia, Yogyakata: Titian Ilahi
Press, 1996.
Lexy
J. Moleong, Metodologi Penelitian
Kualitati, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004.
M.
Natsir, Meningkatkan Mutu Da’wah, Jakarta: Media Dakwa, 2005.
Malayu
S P, Manajemen Dasar Pengertian, Dan Masalah, Jakarta: Bumi Aksara, 2006.
Moh,
Ali Aziz. Ilmu Dakwah, Jakarta: Kencana, 2004.
Moh.
Toha, Publistik Islam, Bandung: Diponegoro, 1992.
Mohammad
Nazir, Metode Penelitian, Jakarta:
Ghalia Indonesia, 2005.
Muhammad
Zein, Metodologi Pendidikan Agama Islam Pada Lembaga Non Formal, Yogyakarta:
Sumbangsih, 1997.
Muzaidi
Hasbullah, Hasan Bin Ali Hasan Al-Hijazi Fikrut Qoyyim, Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar, 2001.
Muziar
Suparta, Metode Dakwah, Jakarta: Pernada Media Grup, 2006.
Nana
Rukmana, Tuntunan Praktis Sistematika Dakwah, Jakarta: Puspa Swara, 1996.
Nana
Sudjana, Tuntunan Penulisan Karya Ilmiah, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2001.
Poerwadarminto,
Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1995.
Sardiman,
Interaksi Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011.
Siswanto,
Panduan Praktis Organisasi Remaja Mesjid, Jakarta Timur: Al-Kautsar, 2005.
Suharsimi
Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta,
2006.
Toto
Tasmara, Komunikasi Dakwah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997.
W.J.S.
Poewadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1998.
Wahyu,
Wawasan Ilmu Sosial Dasar, Surabaya: Usaha Nasional, 1999.
Zabidi,
Peningkatan Peran Serta Masyarakat Dalam Pendalaman Ajaran Agama
Melalui
Majelis Taklim, Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan, 2007.
http://neysya-jatidiri.blogspot.co.id/2012/06/motivasi-dalam-dakwah.html.
di
akses pada tanggal 27 oktober 2015.
Http://Www.Squidoo.Com/Definisi-Motivasi,
di akses, Rabu: 07. 10. 2015. 05:50.
Diposkan
oleh toras siregar di 20:52:00